Kamis, 11 Juni 2009

METODOLOGI PENGEMBANGAN ANAK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan pribadi yang utuh dengan segala potensi yang dimiliki. Semua anak akan mengalami fase-fase perkembangan sesuai dengan usianya dan hal ini akan membuahkan karakteristik yang bebeda-beda pada diri anak sesuai dengan fase pekembangannya.

Salah satu fase pekembangan yang dialami anak adalah fase perkembangan tingkat opeasional konkrit. Pada fase ini anak mulai memasuki lembaga pendidikan formal yaitu sekolah dasar. Dengan demikian para pendidik yaitu guru perlu mengetahuai benar mengenai fase ini dan sifat-sifat serta karakteristik yang ada pada anak agar dapat membeikan pembinaan dengan baik dan tepat sehingga dapat meningkatkan potensi kecerdasan dan kemampuan anak didiknya sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, dan sesuai dengan harapan orang tua pada khususunya serta masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu pendidik harus benar-benar mengetahui mengenai fase-fase perkembangan anak, bukan hanya fase tingkat operasional konkret akan tetapi keseluruhan mengenai fase pekembangan anak agar tidak terjadi kesalahan dalam mendidik, karena kesalahan sedikitpun akan berakibat buruk terhadap diri anak.

B. Rumusan Masalah

  1. bagaimana perkembangan anak pada fase perkembangan tingkat operasional konkret?
  2. sifat – sifat dan cirri perkembangan apa saja yang terjadi pada anak yang berada pada fase pekembangan tingkat operasional konkret?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui perkembangan anak pada fase perkembangan tingkat operasional kokret.
  2. Untuk mengetahui sifat-sifat dan karakter anak pada fase perkembangan tingkat operasional konkret.
  3. Untuk mengetahui cara mengenal sifat dan karakteristik anak pada fase perkembangan tingkat operasional konkret.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penellitian ini adalah dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan dan informasi mengenai fase-fase perkembangan anak, khususnyan pada fase perkembangan anak tingkat operasional konkret.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Definisi Perkembangan

Beberapa definisi perkembangan menurut para tokoh :

v Perkembangan dimaksudkan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasan ( maturity ) yang berlangsung sistematik ( Lefrancois, 1975 ), progresif ( Witherington, 1952 ) dan berkesinambungan ( Hurlock, 1956 ), baik mengenai fisik ( jasmaniah ) maupun psikis ( rohaniah )-nya.

v Perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai sejak saat pembuahan dan berlangsung terus menerus selama siklus kehidupan. Pola gerakan ini kompleks dan merupakan produk dari beberapa proses yaitu : biologis, kognitif dan social ( Santrok dan Yussen, 1992 ).

Jadi perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kompleks yang terjadi pad suatu organisme yang bersifat kuantitatif dan bersifat menuju kearah yang lebih sempurna yang berlangsung sepanjang hayat.

B. Fase Perkembangan

Untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan anak maka di lakukan pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui dengan sebutan fase. Jadi fase perkembangan dapat diatikan sebagai pembagian waktu dalam perkembangan.

Pembahasan secara khusus akan di fokuskan pada fase perkembangan anak tingkat operasional konkret( 7-11 tahun ). Namun demikian kita perlu mengetahui fase perkembangan yang lainnya sehinngga kita dapat mengetaui dan membedakan sifat-sifat khas setiap fase tersebut.

Jean Peaget mendeskripsikan bahwa untuk mengetahui perkembangn mental anak pada setiap fasenya dapat di tinjau dari :

Ø Tindakan ( in terms of operations )

Ø Pengaturan objek-objek dan kejadian-kejadian ( the ordering of object and events).

Piaget membagi perkembangan mental ini kedalam empat periode, yaitu :

  1. Tingkat sensorimotorik ( 0-2 tahun )

Kegiatan intelektual pada tahap ini hampi seluruhnaya mencakup gejala yang di teima secara langsung melalui indra. Pada usia ini aktifitas terjadi tanpa lewat wujud simbolik. Anak pada usia ini tidak dapat memadukan pengalamannya sebagai suatu kesatuan yang utuh, meski sudah memperoleh kemampuan berbahasa dan mampu mengungkapkan banyak hal dari pengalaman yang diperolehnya akan tetapi anak belum dapat mengungkapkan dan memahami makna pengalamnnya secara utuh dan lengkap.

  1. Tingkat pra operasional ( 2-6 tahun )

Pada usia ini anak berupaya mengorganisasikan dunianya dengan lingkunganya. Pada usia 2 atau 2,5 tahun-4 atau 5 tahun merupakan periode perkembangan cepat dan ekstensif. Pada usia 3 – 4 tahun anak mulai membentuk kelompok bermain, anatara usia 4- 5 tahun anak di arahkan memasuki pendidikan TK.

  1. Tingkat operasional konkret ( 7-11 tahun )

Pada fase ini anak sudah memasuki usia SD. Antara 7-8 tahun, system kognitif yang terpadu dalam mengorganisasikan dunia sekitar mulai bekembang. Proses berfikir sudah dinamis, bahas digunakan secara sadar sebagai alat pengembang fikiran, mampu mengfungsikan objek-objek yang dilihatnya dan mampu memanipulasinya. Pada usia kelas tinggi SD anak sudah mampu berfikir sistematis dan logis. Pada usia kelas I suasana ke TK-an masih terasa.

Sifat- sifat khas anak usia SD di jelaskan oleh S.Z Arbi dan S. Syahrun ( 1991 : 58 ). Sebagai berikut :

  1. Sangat ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada dalam dunia realita di skitarnya.
  2. Telah mulai terbentuk dan di sadarinya aturan-aturan dirinya.
  3. Tidak lagi semata-mata tergantung pada orang yang lebih tua.
  4. Suka melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna terhadap lingkunganya.
  5. Sudah mulai muncul kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain.
  6. Sudah memiliki self- esteem ( pertimbangan ) tentang kemampuan, kjekuatan, dan keistimewaan yang dimiliki sendiri.
  7. Telah dapat memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
  8. Telah dapat berkompetisi yang sehat.
  9. Telah mempunyai sifat kepemimpinan.
  10. Telah muncul kebutuhan akan persahabatan.

Beberapa cirri perkembangan kejiwaan anak SD menurut Abu Ahmadi ( 2001 : 220-221), sebagai berikut :

  1. Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat
  2. Kehidupan social diperkaya dengan kemampuan bekerja sama dan bersaing dalam kehidupan kelompok.
  3. Mempunyai kemampuan memahami sebab akibat.
  4. Dalam kegiatan – kegiatannya belum membedakan jenis kelamin, dan dasar yang digunakan kemampuan dan pengalaman yang sama.
  1. Tingkat operasional formal ( 12 tahun keatas)

Pada fase ini, anak mengenal dunia logika dan praduga pikirannya sistematis. Anak mampu merumuskan hipotesis tentang dunia sekitar, berfikir logis, menggukan pikirannya di balik sesuatu yang tanpa ada dan mampu mengatasi masalah dengan berbagia cara dan dari berbagai sudut pandang. Bahasa di gunakan secara cermat baik sebagai fasilitator maupun pengembangan berfikir.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

  1. Populasi

Populasi di definisikan sebagai kelompok subyek yang hendak di kenai generalisasi hasil penelitian ( Saifudin, 1998:77 ).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SDN Serang 5.

  1. Sampel

Sample adalah sebagian dari populasi atau wakil yang diteliti ( Suharini Arikunto, 1996:104 )

Sample yang di teliti adalah siswa kelas 2 SDN Serang 5.

B. Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data adalah metode observasi dengan menggunakan model sistematis dan model participatif.

Model sistematis yaitu dimana sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu membuat perencanaan, dalam penelitian ini observasi ditujukan kepada siswa kelas 2 SDN Serang 5 yang melaksanakan poses belajar mengajar. Selain memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa. Peneliti juga menggunakan model partisipatif yaitu dengan mengajar siswa kelas 2 SDN Serang 5.

BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian

  1. Lokasi penelitian

Nama sekolah : SDN Serang 5

Alamat : Jln. TB Bakri no. 141 kelurahan kota baru , Kecamatan Serang. Kota Serang

  1. Waktu penelitian

Penelitian di laksanakan pada tanggal 01 s.d 02 Mei 2009.

B. Hasil dan Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa SD kelas 2 di SDN Serang 5 maka di bawah ini dikemukakan hasil observasi dan pembahasannya sebagai berikut :

Mengacu pada pendapat Peaget yang menngemukakan jika ingin mengetahui tentang fase perkembangan anaak pada fase perkembangan tertentu maka dapat di amati dari sudut tindakan dan pengaturan objek-objek serta kejadian-kejadian, karena pada saat individu memahami objiek dan kejadian di dalanm suatu lingkungan, pertama ia akan memahami berdasarkan pemahaman konkret kemudian merepresantasikannya melalui symbol-simbol.

Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh data bahwa pada fase tingkat operasional konkret ( 7-11 tahun ) anak memiliki sifat-sifat khas sebagai berikut :

  1. Sangat ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada dalam dunia realita di skitarnya.

Pada usia 7-11 tahun, anak sudah belajar memahami segala sesuatu yang ada di sektarnya. Mereka selalu merasa heran dan ingin tahu mengenai hal-hak yang ingin ditemukannya. Hal tercermin melalui pertanyaan-pertanyaan yang selalu mereka lontarkan pada orang dewasa. Ketika saya sedang melakukan observasi ada salah satu anak yang bertanya “ mengapa matahari tidak bersinar sepanjanga hari?”.

  1. Telah mulai terbentuk dan di sadarinya aturan-aturan dirinya.

Pada fase ini anak sudah memasuki sekolah dasar, dalam hal ini anak sudah mengerti bahwa terdapat aturan-aturan yang mengikat dirinya. Hal ini dapat dilihat ketika guru masuk kekelas anak-anak sudah duduk rapih dan siap untuk mengikutu pelajaran sampai denagn selesai. Hal ini mencerminkan bahwa mereka sudah menyadari adanya aturan yang harus di patuhi.

  1. Tidak lagi semata-mata tergantung pada orang yang lebih tua.

Anak pada fase ini sudah mulai mandiri, hal ini dapat dilihat ketika mereka mampu mengerjakan tugas yang di intruksikan oleh gurunya. Pada saat observasi mereka di tugaskan untuk menulis bacaan shalat ketika bersujud tanpa bantuan guru ataupun temannya mereka sudah mampu mengerjakannya.

  1. Suka melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna terhadap lingkunganya.

Anak usia 7-11 tahun, sudah mengerti tentang hal-hal yang bermanfaat untuk lingkungannya. Hal ini dapat di lihat ketika para siswa membuang sampah pada tempatnya. Mereka mulai mencintai dan menyukai kebersihan dilingkungannya kelasnya.

  1. Sudah mulai muncul kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain.

Pada usia sekolah dasar (7-11 tahun) anak sudah mempunyai kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain hal ini terlihat ketika salah seorang anak tidak membawa pensil warna pada saat pelajaran menggambar teman di sampingnya meminjamkan pensil warna tanpa di minta.

  1. Sudah memiliki self- esteem ( pertimbangan ) tentang kemampuan, kjekuatan, dan keistimewaan yang dimiliki sendiri.

Setiap bayi yang lahir ke dunia sudah di bekali potensi-potensi, akan tetapi potensi tersebut ibarat bahan mentah yang perlu di olah.

Hal ini terlihat ketika pada proses belajar mengajar ada anak yang mampu mengerjakan soal lebih cepat dari teman-temannya dan berani maju untuk mencoba mengerjakan soal di papan tulis , dan anak tersebut memiliki prestasi yang baik di kelasnya, akantetapi tidak semua keterampilan anak tersebut memilikinya. Terbukti pada saat pelajaran menggambar ada anak lain yang sangat berbakat dalam bidang menggambar. Hal ini menimbulkan bahwa pada fase perkembangan operasional konkret anak sudah memiliki self –esteem.

  1. Telah dapat memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.

Pada fase tingkat operasional konkret anak SD sudah memainkan peranan masing-masing sesuai dengan jenis kelaminnya. Hal ioni dapat dilihat pada hasil menggambar, anak laki-laki memilih menggambar mobil dan robot sedangkan anak perempuan memilih menggambar bunga. Selain itu, ketika bermain anak laki-laki bermain kelereng, sedangkan anak perempuan lebih asyik berceita tentang boneka barunya.

  1. Telah dapat berkompetisi yang sehat.

Anak pada fase tingkat operasional konkret sudah dapat berkompetisi secara sehat. Tercermin pada saat guru memerintahkan untuk menggambar, mereka berusaha menggambar sebagus mungkin tanpa atau mencontek ke temannya mereka berusaha agar mendapat nilai yang baik.

  1. Telah mempunyai sifat kepemimpinan.

Pada hakekatnya setiap individu merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri. Namun dalam hal ini anak usia 7-11 tahun belum dapat memahami hal yang sedalam itu, akan tetapi mereka sudah mulai mengerti bahwa ada salah satu teman mereka yang merupakan pemimpin bagi mereka yang mereka sebut dengan ketua murid. Walaupun sebenarnya mereka belum memahami mengenai pemimpin dan sifat kepemimpinan.

  1. Telah muncul kebutuhan akan persahabatan.

Manusia merupakan makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Hal tersebut juga di rasakan oleh anak pada usia 7-11 tahun hal ini dapat dilihat ketika salah satu siswa tidak hadir kaena sakit mereka berencana untuk menungok temannya tersebut.

Selain sepuluh sifat khas di atas ada pula yang dapat kita ketahui mengenai anak pada fase perkembangan tingkat operasional konkret yaitu cirri-ciri perkembangan kejiwaaan anak usia SD, sebagai berikut :

  1. Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat

Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan tinggi anak yang cenderung lebih cepat di bandingkan pada orang dewasa, selain itu kemampuan intelegensi anak ketika menyeap dan memahami informasi yang di sampaikan guru cenderung lebih cepat.

  1. Kehidupan social diperkaya dengan kemampuan bekerja sama dan bersaing dalam kehidupan kelompok.

Anak usia 7-11 tahun sudah mampu bersaing dan bekerjasama dalam sebuah kelompok hal ini terlihat ketika guru mengintruksiakan untuk membuat kerajinan tangan dengan berkelompok, anatara kelompok sati dengan yang lainnya bersaing untuk membuk\at kerajinan yang bagus.

  1. Mempunyai kemampuan memahami sebab akibat.

Pada fase ini anak sudah mengerti hubungan sebab akibat, tercermin pada saat anak berusaha untuk mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya agar nilainya bagus. Karena mereka memahami apabila nilainya bagus maka prestasipun akan bagus.

  1. Dalam kegiatan – kegiatannya belum membedakan jenis kelamin, dan dasar yang digunakan kemampuan dan pengalaman yang sama.

Anak pada usia SD sudah memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya akan tetapi belum dapa membedakan kegiatan-kegiatan jenis kelaminnya hal ini terlihat ketika salah seorang anak laki-laki mengambil topi anak perempuan dan memakaikannya di kepalanya. Anak tersebut belum memahami bahwa topi tersebut cocok untuk anak perempuan. Mereka hanya mengandalkan pengalaman yang sama yaitu bahwa topi di pakai untuk di kepala.

Dengan demikian pada fase perkembangan tingkat operasional konkret ( 7-11 tahun ) kemampuan berfikir anak sudah berkembang kearah berfikir logis dan sistematis walaupun permasalahan yang di hadapi dan yang dapat mereka pahami masih sebatas permasalaha yang konkret.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada fase perkembangan tingkat operasional konkret merupakan masa perkembangan duni kecerdasan yang lebih luas. Pada masa ini anak mimiliki sifat – sifat khas tertentu sehingga kita dapat membedakan dari setiap fase-fase tersebut. Pada fase ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya mereka melakukan pengenalan dan penyelidikan lebih luas, Karen dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap likungannya sangat besar. Dengan kata lain fase perkembangan tingkat operasional konkret merupakan masa pencarian pengetahuan sebanyak mungkin dan merupakan masa realistis.

B. Saran

Para pendidik hendaknya mengetahui fase-fase perkembangan anak sehingga mampu memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Bagi pendidik yaitu guru SD sangat penting untuk memahai fase-fase perkembangan anak, terutama fase perkembangan tingkat operasional konkret (7-11 tahun ), karena pada fase ini anak memasuki usia SD. Hal ini dilakukan agar guru dapat memberikan pembinaan dengan baik dan tepat sehingga dapat mengembangkan potensi kecerdasan dan kemampuan yang dimuliki anak sesuai dengan yang di harapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar